INDONESIA: BANGSA YANG SEDANG MABOK AGAMA!

1. Pengantar
Siapa tidak risau membaca koran Kompas 14 Maret 2007 yang menyatakan bahwa hasil survei PERC menempatkan Filipina (negara dengan mayoritas umat Katolik terbesar) dan Indonesia (negara dengan mayoritas umat Islam terbesar) menjadi juara satu dan juara dua dalam hal korupsi ; artinya kedua negara ini adalah negara paling korup di Asia ditahun 2007 ; pada tahun lalu (2006) – Indonesia adalah negara paling korup di Asia. Siapa tidak risau melihat kenyataan yang terjadi di Indonesia. Ada berbagai agama besar dengan umatnya yang besar (terutama Islam), namun kasih sayang, ketentraman, kesejahteraan, kebenaran dan keadilan malah nyaris tidak ada. Atau justru sebaliknya, kekerasan, kerusuhan, pembunuhan, ketidak adilan, kriminalitas, keterbelakangan, kemiskinan, ketidak jujuran, kemunafikan, korupsi, kolusi, dan berbagai pelanggaran HAM justru marak terjadi di Indonesia; dan barangkali mencapai index prestasi nomor wahid didunia. Kalau begini, apanya yang salah? Manusia hidup atas dasar jiwa dan raga. Raga menghendaki agar kebutuhan dasar terpenuhi, misalnya: sandang, pangan, kesehatan dan pendidikan. Jiwa dapat digolongkan lebih detil lagi menjadi: pikiran dan hatinurani/rohani. Pikiran membutuhkan diasah agar tajam dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi; sedangkan hatinurani membutuhkan siraman spiritual atau religiositas. Berikut ini adalah butir-butir analisis yang mendalam tentang masalah pengaruh agama pada kemunduran bangsa Indonesia.

2. Keterbatasan Agama
Agama berbasis kitab suci. Dengan demikian, agama mempunyai keterbatasan yang cukup mencolok seperti disebutkan dalam kitab-kitab suci Al-Quran dan Injil. Misal dalam Al-Quran ditandaskan bahwa apabila semua ajaran Allah SWT dituliskan, maka tinta sebanyak samudera rayapun tidak akan mencukupi. Demikian pula dengan Injil yang menandaskan apabila semua ajaran Isa Almasih dituliskan maka dunia beserta isinya pun tidak akan bisa memuat. Dengan demikian, kedua agama terbesar didunia ini menandaskan bahwa Allah adalah Maha Besar atau Maha Tak TERBATAS, jadi mana mungkin sesuatu yang Tak Terbatas (Allah, milyaran tahun) cukup dijelaskan oleh satu orang saja yang sangat terbatas (para nabi, yang umurnya mencpai k.l. 80 tahun)! Jika Allah itu dari minus tak terhingga (alpha, tak tahu kapan awalnya) dan berakhir di plus tak terhingga (omega, tak tahu kapan berakhirnya), maka seorang manusia yang hidup di suatu range (daerah) umur yang sangat terbatas (katakan 80 tahun) adalah tidak mungkin menjelaskan secara tuntas sesuatu yang tak terhingga (milyaran tahun)! Bumi dan universe sudah milyaran tahun, dan masih milyaran tahun lagi, maka seribu, sejuta atau bahkan semilyar nabi disertai ilmuwan tidak akan pernah selesai mempelajari universe dan Tuhan! Jadi, benarlah ayat-ayat diatas, ke “Mahabesaran Tuhan” tidak mungkin cukup diwadahi dalam buku setebal/setipis kitab suci. Untuk mempelajari satu tubuh manusia saja, di ilmu kedokteran, membutuhkan ribuan buku setebal ribuan halaman! Untuk mempelajari Fisika, tak selayaknya manusia berhenti belajar hanya sampai batas hukum Newton saja, Fisika itu terus berkembang! Untuk yang senang koleksi ensiklopedi, tentunya paham bahwa ensiklopedi yang berjilid-jilidpun terus direvisi/update! Jadi luas dan dalamnya ilmu pengetahuan merupakan cermin ke “Mahabesaran Tuhan”. Ilmuwan di negara modern sudah tidak lagi mencari hanya agama yang terbatas, melainkan selalu terus mencari Tuhan beserta rahasiaNya (ilmu pengetahuan) yang tak terbatas namun sangat indah untuk terus menerus dieksplorasi. Sesuatu yang hidup (manusia, Tuhan, dst.) janganlah dibatasi oleh benda yang mati (buku). Pesan terpenting bagi umat manusia dimanapun ia berada adalah jangan mengkerdilkan sekaligus memenjarakan Allah Tuhan Yang Maha Besar kedalam satu buku tipis edisi ribuan tahun yang lalu yang disebut kitab suci! Silahkan mempelajari Tuhan melalui kitab suci, namun jangan sekali-kali penjarakan Dia dengan kitab suci anda!

3. Definisi Mabok Agama
Strategi regim Soeharto untuk melepaskan diri dari tuannya (USA dkk.) dan tekanan kaum reformis melalui politisasi agama Islam menjadikan Indonesia mengarah ke ideologi Timur Tengah (Arab). Konspirasi jahat antara petinggi militer (yang terlibat dwi fungsi ABRI) dan petinggi Muhammadiah menjadikan Indonesia mengalami kemunduran kebudayaan yang hebat; dua organisasi yang otoriter (dalam kekerasan dan keyakinan) bersatu dan kembali mendominasi Indonesia. Indonesia saat ini (2008) adalah sedang menjadi ajang pertempuran antara dua ideologi besar dunia: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. CLASH OF CIVILIZATION antar dua ideologi besar di dunia ini, yang sudah diramalkan oleh sejarahwan kelas dunia – Samuel Hutington dan Francis Fukuyama. Sayang sekali, bangsa yang pernah besar dan mempunyai kebudayaan yang tinggi ini (katakan saja jaman Majapahit) sekarang menjadi tak berdaya dan tak mempyunyai jatidiri lagi!

Definisi mabok atau mendem (Jawa) adalah keadaan dimana seseorang mengkonsumsi/memahami tentang sesuatu/paham yang melebihi batas normal/kewajaran; orang yang mendem menjadi seperti: tidak normal tingkah lakunya, tidak wajar cara berpikirnya (bloon, tidak cerdas), dan sulit diajak berdiskusi/berdialog. Contoh mabok adalah mabok minuman keras dan mendem gadung (di Jawa). Analog definisi ini, maka mabok agama dapat didefinsikan sebagai orang (atau kumpulan orang) yang mengkonsumsi/memahami agama secara berlebihan, melupakan keterbatasan agama, melupakan penyalah gunaan agama yang lumrah terjadi (terutama politisasi agama), dan menganggap bahwa semua persoalan dunia dapat diatasi hanya dengan agama saja. Agama bagaikan obat, kalau dikonsumsi terlalubanyak (overdosis), maka justru menjadi racun! Ketika agama memabokan Eropa, maka Marx mengemukakan pendapatnya yang sinis terhadap agama yaitu:”Agama adalah candu atau bahkan racun bagi masyarakat”! Sungguh kritik yang tajam sekali dan mengena sekali saat itu! Saat ini, beberapa agama sudah berani mawas diri, melakukan perubahan dan adaptasi dengan jaman.

4. Contoh dan Gejala Mabok Agama
Semua negara rupa-rupanya harus mengalami mabok agama dulu, misalnya Yunani, Siria, Persia, Italia, Mesir, India dan Eropa. Negara modern seperti Eropa baru selesai mabok agama sekitar abad 19 (seratus tahun yl.). Ketika agama Kristen masih “tidur lelap”, namun mendominasi Eropa, maka Eropa mengalami jaman kegelapan dan kemunduran keilmuan luar biasa, baru setelah terjadi revolusi dalam penalaran (demokrasi dan logika, renaisance), Eropa bagaikan lahir kembali. Sekarang, kaum cerdas-cendekia-ilmuwan Eropa sudah tidak tertarik lagi hanya pada agama saja, namun mereka lebih tertarik untuk mengetahui rahasia Tuhan secara lebih dalam-luas-tuntas melalui science, teknologi dan berbagai agama/kepercayaan (jadi tidak terbatas pada satu agama saja). Mereka sudah pada tingkatan kesadaran (kita belum) bahwa sungguh amat sangat bodoh dan berdosa bila membatasi Tuhan yang Maha Takterbatas hanya pada satu buku tipis, satu nabi, dan satu agama saja. Kesadaran di Eropa ini juga dialami oleh intelektual di negara modern yang lain (Jepang, Korea, Taiwan, Singapore, Australia, Canada, USA, Rusia, dst.). Saat ini, di negara modern, agama sudah tidak boleh lagi diajarkan di sekolah negeri (dari SD sampai universitas), mengingat agama itu bersifat sangat personal/privasi, sedangkan yang lebih penting untuk diajarkan adalah budi pekerti, pembentukan kepribadian, jiwa inovatip/kreatip, leadership dan enterpreneurship.
Contoh kasus mabok yang lain, yang serupa akibatnya, adalah kasus mabok UUD’45 disaat jaman Orde Baru. Saat itu UUD’45 disakralkan, padahal oleh alm. Bung Karno sudah diamanatkan bahwa kitab ini terlalu sederhana karena dibuat dimasa darurat sehingga perlu direvisi apabila situasi dan kondisi negara sudah memungkinkan. Namun oleh regim ORBA justru sebaliknya, melalui berbagai penataran P4 (yang mungkin lebih tepat disebut pembodohan sekaligus brain washing bangsa) ditandaskan bahwa UUD’45 itu walau tipis namun sakti, kenyal, elastis, bisa mengatur segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, bisa diulur dan diungkret sesuai pemesannya/penguasanya; jadi perlu dipertahankan, dihormati, dan barangsiapa berkehendak menentang atau mau merubah UUD’45 jutru akan digebug! Bagaimana mungkin Indonesia yang lebih dari 13 ribu pulau dan lebih 200 juta penduduk dapat di manage dengan baik dengan “kitab suci” negara yang disebut UUD’45, yang oleh pembuatnya (BK) sudah diamanatkan keterbatasannya (tipis sekali dan isinya bersifat darurat)? Akibat UUD’45 ini, jadilah negara RI menjadi carut marut seperti sekarang ini. Demikian pula dengan kitab suci, yang oleh Tuhan sendiri telah ditegaskan keterbatasannya, jadi ya jangan sekali-kali dipertuhankan (disamakan dengan Tuhan)!
Di akhir dari jaman kegelapan Eropa, ketika agama mulai ditinggalkan oleh para cerdik-cendekia akibat kebekuan dan kekakuannya, beberapa oknum pemuka agama mencoba mengkelabui umatnya dengan menandaskan bahwa kitab suci itu serba bisa-serba pintar, misalnya saja kitab suci bisa menjelaskan fisika, biologi, ekonomi, perbintangan, nuklir, komputer, dst. Hal ini perlu direkayasa demi menyelamatkan agama dari bahaya ditinggalkan oleh para penganutnya. Para ilmuwan busuk lalu diminta mengarang buku-buku yang isinya, sebenarnya mengada-ada serta mereka-reka, tentang keterkaitan fisika, biologi, ekonomi, perbintangan, nuklir, komputer, dst., dengan kitab suci; jadi direkayasa bahwa seolah-olah kitab suci itu maha bisa, maha kuasa, dan maha luar biasa (tanpa pernah membahas keterbatasan kitab suci). Syukurlah masyarakat cerdik-cendekia Eropa saat itu tidak terpancing. Mereka tetap menyadari bahwa kitab suci ditulis untuk menjelaskan adanya kehidupan yang jauh lebih baik setelah mati (surga) beserta cara untuk dapat sampai kesana (surga), jadi kitab suci ditulis bukan untuk menjelaskan fisika, biologi, ekonomi, perbintangan, nuklir, komputer, dst. Mereka juga belajar dari kebijaksanaan ilmuwan top para pemenang hadiah Nobel, yang tidak pernah mengkaitkan kepakaran keilmuannya dengan kitab suci! Mereka tidak terpancing dengan iklan kecap nomor 1 dari oknum pemuka agama yang menyesatkan, membodohi serta membuat bodoh umat beragama! Saat ini, di toko-toko buku di Indonesia, banyak dijumpai buku-buku semacam diatas yang menggambarkan kitab suci itu serba bisa-serba pintar, misalnya saja kitab suci bisa menjelaskan fisika, biologi, ekonomi, perbintangan, nuklir, komputer, dst. Rupanya ada usaha agamisasi (Islamisasi/Kristenisasi) ilmu pengetahuan. Pemimpin agama berkonspirasi dengan ilmuwan untuk membodohi umatnya. Sungguh akan sangat menyesatkan nalar siswa yang belajar ilmu fisika atau ekonomi apabila ia disuruh belajar hanya dari kitab suci Alqouran atau Injil. Semoga saja umat beragama dapat belajar dari sejarah pembodohan umat oleh pemimpin agama yang busuk di jaman kegelapan Eropa.
Gejala mabok agama di negara kita juga dapat dirasakan dari aktivitas keseharian. Undangan-undangan kegiatan di rumah dan di kantor kebanyakan bersifat keagamaan, misalnya dakwah agama atau pendalaman kitab suci. Jarang sekali undangan yang bersifat keilmuan yang non agama. Demikian pula, mass media seperti televisi, radio, majalah, spanduk, pamlet, selebaran, dan koran dipenuhi oleh berita/renungan keagamaan. Sinetron kita juga banyak yang bernuansa hantu, mistik campur agamis. Lagu-lagu di televisi dan radio juga banyak mengandung pesan-pesan agama. Yang sangat menyolok mata adalah cara mengkover hari raya Lebaran selama hampir 40 hari, dimulai dari awal puasa, mudik hari H Min, saat Lebaran, mudik hari H plus, sampai dengan usai lebaran untuk masuk kerja, sungguh luar biasa. Apakah pemberitaan semacam ini bermanfaat? Apakah tidak menghambur-hamburkan waktu, biaya, dan tenaga? Coba bayangkan bila cara mengcover berita pemberantasan KKN disamakan dengan pemberitaan hari Lebaran (full selama 40 hari), dijamin Indonesia cepat bersih! Demikian pula dengan segala upacara yang berkaitan dengan naik haji, bayangkan seorang pejabat tinggi pemerintah memerlukan hampir 45 hari ijin tidak masuk kerja untuk melaksanakan ibadah haji. Kalau ditotal, hampir 25% waktu bangsa ini habis untuk agama (k.l. 90 hari dari setahun, belum terhitung acara harian di TV dan radio), apakah ini sehat? Jika membandingkan dengan negara modern, hal sebaliknyalah yang terjadi, keilmuan, politik,dan bisnis sangat mendominasi berita, agama sangat minim karena agama dianggap urusan pribadi (privasi). Masyarakat Jepang, Korea, Taiwan dan RRC saat ini dikenal sebagai kecanduan kerja, tiada hari tanpa kerja, istilah kerennya: work alcoholic; sedangkan bagi masyarakat Indonesia, tiada hari tanpa dibumbui agama, mungkin istilah kerennya: religion alcoholic. Di negara modern ada falsafah time is money, di kita agak lain: time is religion! Ada iklan Coca Cola begini: Kapan saja, dimana saja, minumlah Coca Cola; di masyarakat kita seolah-olah juga punya iklan yang mirip, yaitu: Kapan saja, dimana saja, tengguklah hanya agama! Dari pengamatan kegiatan keseharian ini, dapat disimpulkan bahwa bangsa Indonesia sedang mabok/mendem agama! Namun perlu diketahui, bahwa semua negara yang telah berada ditingkatan modern dipastikan pernah mengalami jaman: kerajaan, diktator, semi demokratis, demokratis dan pasti juga pernah mengalami mabok agama di masa lalu. Cuman sebaiknya kita dapat belajar dari sejarah, agar mabok agama tidak berkepanjangan dan tidak mengulangi kesalahan yang telah dibuat oleh mereka itu.

5. Penutup
Kedunguan manusia telah mengubah ajaran suci Tuhan melalui para nabi justru menjadi belenggu/pembatas bagi Tuhan dan umat beragama. Dan sejarah juga sering menjadi saksi bagaimana penguasa politik, militer, birokrat, ilmuwan, ekonom maupun pemuka agama bahu-membahu mendungukan manusia agar dapat dikuasai oleh ambisi-ambisi mereka. Pendunguan manusia ini antara lain dapat dicapai dengan mengkondisikan agar masyarakatnya mabok agama. Para oknum agamawan telah menjadikan Tuhan bersifat statis-kaku-beku; sebaliknya para ilmuwan selalu ingin membebaskan sifat statis-kaku-beku tadi menjadi dinamis-fleksibel-uptodate.

Dengan kondisi mabok agama, minimnya anggaran pendidikan, dan maraknya KKN, sudah dapat dipastikan bahwa bangsa Indonesia akan terus-menerus mengalami krisis kebudayaan dan kemunduran kualitas SDM. Krisis kebudayaan dan kemunduran kualitas SDM adalah sumber dari segala sumber berbagai krisis yang sedang dialami Indonesia. Dengan berbagai krisis ini, maka negara asing dapat “mendominasi dan mengerjain” Indonesia bekerjasama dengan para politisi busuk di pusat (Jakarta), yang sedang berkuasa (namun bodoh) dan sedang lupa diri, dalam bentuk simbiose mutualistis (kerjasama yang saling menguntungkan)!

Kita yakin bahwa ada dalang mabok agama ini pada tingkatan lokal, regional, nasional, bahkan internasional. Mereka ini mempunyai jaringan yang rapi sekali bagaikan jaringan multi-level-marketing (MLM), mereka juga mempunyai dana yang besarnya trilyunan rupiah. Negara asing mempunyai kepentingan untuk menjadi penikmat utama kekayaan alam Indonesia serta ingin menjadikan Indonesia sebagai negara boneka. Bagi politisi busuk di Jakarta, kondisi mabok agama sangat menguntungkan mereka demi mengalihkan perhatian bangsa dari masalah utama (misal KKN dan penegakan hukum), sekaligus menina bobokan/menghinoptis/menggendam bangsa ini agar hidupnya terkonsentrasi, terlena dan terbuai hanya oleh masalah agama, selain itu demi memberikan rasa nyaman, menerima, dan pasrah (takdir) atas terjadinya pemiskinan dan pembodohan bangsa yang disengaja (struktural) yang luar biasa kejamnya dan!

Last but not least, mendem agama ternyata justru mengakibatkan kemunduran moral, etika dan kebudayaan, aneh ya? Mungkin ini “tanggapan” Tuhan atas pelecehan terhadapNya. Agama tetap penting dan diperlukan untuk memperkenalkan Tuhan, namun jangan sampai mabok agama; sisi lain manusia, yaitu raga dan pikiran, juga membutuhkan siraman yang meyegarkan dan menyehatkan, jangan satu sisi saja (rohani) yang disirami, nanti jadi seperti film silat “Drunken Master” alias “pendekar mabok agama”. Dunia lain saat ini sedang menertawakan kita, persis seperti kita ketawa melihat film Drunken Master! Mereka mungkin menyebut lelucon ini “Mati ketawa ala Indonesia”. Makanya janganlah dibiarkan sikon mendem agama ini… Silahkan menanggapi artikel ini dengan bebas, syukur dengan membuat web site tersendiri.

Sumbangan dari:
Forum Olah Nalar dan Hatinurani di Eropa

Leave a comment